Rabu, 12 Oktober 2011

pentingnya analisa film

Pentingnya Analisa Flim Dilihat Dari Teknologi Pendidikan
            Menurut pendapat Holsti,( 2005 : 13) pengertian aalisa isi adalah usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara obyektif dan sistematis. Analisa isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya” (Kirpendoff, 1991 : 15). Analisa isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, obyekif, dan kuantitatif terhadap pesan yang nampak (Bungin, 2001). ”Dalam sebuah analisis isi, seorang peneliti dapat menghitung frekuensi munculnya suatu konsep tertentu, penyusunan kalimat menurut pola yang sama, kelemahan pola- pola berpikir yang sama, cara menyajikan bahan ilustrasi dan lain-lain”(Abdurrahman, 2005 : .14).
            Perkembangan Analisa isi sendiri mengalami kemajuan diantaranya adalah dengan adanya Media Content Analysis (MCA). Menurut Macnamara, MCA dilakukan untuk mempelajari kekerasan, rasisme, serta perempuan pada sebuah program televisi seperti film. Neuendorf mengartikan MCA sebagai analisa dengan kuantitatif bukan kualitatif. Neuman mengatakan bahwa pada analisia isi, peneliti harus obyektif dan sistematik dalam menyusun dan prosedur perekaman untuk menghasilkan deskripsi dari kuantitatif dari simbol dalam teks. Analisa isi kuantitatif disini dapat dilakukan pengumpulan data tentang isi media seperti topik, seberapa sering diungkapkan, sirkulasi dari media serta frekuensi. Jenis Analisa isi diungkapkan (Kirpendoff, 1991) sebagai berikut :
1. Analisis isi pragmatis :Prosedur pengelompokkan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin.
2. Analisis isi semantic: Prosedur pengelompokan tanda menurut maknanya.
3. Analisis sarana tanda (sign-vehicle): Prosedur yang menggolongkan isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda.Misalnya, perhitungan berapa kali kata ”Negara Jerman” muncul dalam sebuah pidato keagamaan.
            Dalam hal ini pentingnya menganalisa flim adalah Melakukan kegiatan analisa terhadap sebuah film tidak akan menghancurkan keindahan dan kemenarikan dari film tersebut. Walaupun pada masa awal film terdapat penolakan untuk menganalisa film oleh pihak tertentu, dengan alasan akan mengurangi rasa cinta terhadap objek yang dianalisa. Analisa yang dilakukan tidak perlu merusak rasa cinta kita kepada film, namun justru akan menguatkan dan bertahan. Oleh karenanya kegiatan menganalisa sebuah film kita sebut sebagai apresiasi film. Berasal dari kata “apreciate” yang artinya memberikan penghargaan atau menghargai. Salah satu keuntungan dari menganalisa film adalah:
·         kita dapat mengawetkan pengalaman yang diberikan sebuah film dalam fikiran kita sehingga dapat kita simpan lebih lama dalam ingatan.
·         Selain itu kita juga mendapatkan kesimpulan yang jelas tentang film tersebut.
·          Jika kita sering melihat film dan menganalisanya maka kita akan lebih selektif dalam memilih film yang akan kita tonton dan kagumi.
·         Kemampuan kita dalam menganalisa pun akan semakin meningkat dan tajam. Begitu banyak dan cepatnya perkembangan cerita dalam sebuah film, sedangkan kita menginginkan sebuah analisa yang lengkap. Maka untuk sebuah film kita setidaknya  berusaha menonton minimal dua kali yaitu:
Ø  kita dapat menonton dengan cara biasa, kita tumpahkan semua perhatian pada unsur-unsur plot, pengaruh emosional secara menyeluruh dan ide atau tema pokok
Ø  biasanya kita tidak lagi terpukau kepada “apa yang terjadi”  dalam cerita film, maka kita dapat pusatkan perhatian pada “cara bagaimana” atau “mengapa” dari seni seorang pembuat film
            Dalam kegiatan apresiasi film, ketika kita menonton film maka akan terjadi dua peristiwa pada diri kita. Pertama kita akan hanyut dalam cerita dan alur film dan pada saat yang sama kita harus mempertahankan tingkat obyektifitas dan daya kritis kita.  akan tetapi dalam menganalisa flim kita juga harus mengetahui dan menilai unsur-unsur flim baik secara dramatik  maupun secara teknik.
unsur-unsur secara dramatik:
1.      menentukan ide cerita terlebih dahulu. dalam membuat cerita yang bagus maka ada criteria-kriteria tersendiri dalam membuatnya antara lain:
Ø  Dipersatukan dalam plot dan alur cerita. Sebuah plot atau alur cerita yang disatukan dengan suatu urutan peristiwa dan kejadian yang berkesinambungan, dimana antara peristiwa satu dengan peristiwa lain terjadi secara wajar dan logis. Biasanya antara peristiwa-peristiwa tersebut merupakan suatu hubungan suatu sebab akibat yang kuat.
Ø  Masuk akal. Seorang pembuat film dapat menciptakan sebuah cerita yang masuk akal/kebenaran dengan cara-cara sebagai berikut:  1) Kebenaran yang dapat dilihat secara lahiriah.Kemiripan hidup seperti yang kita alami dan amati yang disampaikan secara nyata dan natural. 2) Kebenaran batin dari sifat manusia, Film  jenis ini biasanya berakhir dengan happy ending. Dalam film ini orang-orang baik akan selalu menang dan yang jahat akan kalah. Dibuat demikian karena mengandung apa yang dinamakan “kebenaran batin”. 3)  Kemiripan artistik dari kebenaran. Cerita yang menjadikan sesuatu yang tidak masuk akal menjadi sesuatu yang dapat dipercayai
Ø  Menarik, dalam hal menarik bias mengikat perhatian penonton
Ø  ketehasan atau suspense, Untuk mengikat dan mempertahankan perhatian biasanya dengan memunculkan rasa ingin tahu penonton. Rasa ingin tahu tersebut dapat menimbulkan ketegangan sehingga timbul dorongan yang membuat penonton mengituti arus jalan cerita secara terus-menerus.
Ø  aksi atau gerak, Aksi tidak terbatas pada gerak fisik saja seperti perkelahian, pertempuran, pengejaran, dll. Tetapi juga dapat berupa aksi batiniah atau emosional yaitu aksi berlangsung dalam fikiran
Ø  sederhana dan kompleks Teknik yang digunakan oleh pembuat film yang merupakan perpaduan antara kesederhanaan dan kompleksitas. Mereka mengkomunikasikan cerita dengan cara sederhana, jelas dan langsung tetapi juga merangsang fikiran penonton
            Mampu menahan diri dalam mengolah materi emosional. Kemampuan untuk menahan diri dalam mengolah emosi cerita serta tidak melebih-lebihkan diperlukan sehingga penonton tidak merasa termanipulasi. Bahan emosional yang berlebihan justru malah akan membuat reaksi penonton tidak sesuai dengan harapan pembuat cerita. Tetapi juga tidak boleh terlalu rendah (understatement), karena penonton akan merasa direndahkan.
2.      menentukan judul, Judul memiliki arti penting bagi penonton sebelum menonton film. Namun setelah film ditonton maka arti judul biasanya berbeda, akan lebih kaya dan mendalam. Judul adalah sebuah pintu gerbang. Tertarik atau tidaknya penonton pada sebuah film bisa jadi dari judulnya. adapun macam-macam sifat dan model dari judul adalah: (striking statement), judul yang mengejutkan yang biasanya bombastis dan sensasional, (menggunakan nama tokoh utama), judul model ini sangat menarik perhatian penonton namun sudah dapat tertebak, (ironi) megutarakan ide yang merupakan kebalikan arti yang hendak disampaikan, (mengarahkan perhatian penonton pada sebuah adegan kunci). dengan demikian memungkinkan arti sebuah judul film setelah menonton film adalah bermanfaat
3.      menentukan tema dan maksud, Tema berfungsi sebagai faktor dasar pemersatu film. Menentukan tema sering merupakan sebuah proses yang sulit. Kita tidak bisa mengharapkan tema akan diungkap secara jelas di pertengahan film. Biasanya setelah melihat keseluruhan film kita akan mengetahui tema dari film tersebut. Penggunaan kata tema pada film, sama seperti penggunaan pada novel, drama atau puisi. Tema dapat berarti ide pokok, persoalan, pesan, atau suatu pernyataan yang mewakili keseluruhan. Namun dalam ruang lingkup film terutama yang berkembang di Amerika, tema diartikan sebagai persoalan pokok atau sebuah fokus dimana film dibangun. Dalam film, persoalan pokok atau fokus dapat dikategorikan sebagai berikut:
Ø  plot sebagai tema, Film yang dibangun dengan plot sebagai tema memberikan penekanan kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Seperti misalnya film petualangan atau detektif, film-film seperti ini ditujukan memberikan kesempatan kepada kita untuk sejenak melarikan diri dari kebosanan dan kejemuan dari kehidupan sehari-hari. Kejadian dan aksi-aksi dalam film seperti ini harus mampu menggugah dan berlangsung cepat. Tokoh-tokoh, ide, dan efek emosional dari film ini ditentukan oleh plot. Dan yang terpenting dari film ini adalah hasil akhirnya
efek emosional/ suasana sebagai tema, Pada film ini menggunakan efek emosional/suasana yang sangat khusus sebagai fokus atau landasan struktural.
Ø  Biasanya tidak terlalu sulit untuk mengenali suasana atau emosi utama yang menguasai seluruh film
Ø  tokoh sebagai tema, Film dengan penggambaran suatu tokoh tunggal yang unik melalui akting dan dialog. Daya tarik dari tokoh ini terkandung dalam sifat dan ciri-ciri yang membedakan mereka dari orang-orang biasa. Tema film-film seperti ini dapat dikemukakan dalam pemaparan singkat dari tokoh utama, dengan memberikan tekanan pada aspek-aspek luar biasa dari kepribadian tokoh tersebut.
Ø  ide sebagai tema, Film yang mengangkat berbagai aspek kehidupan dan pengalaman atau keadaan manusia menjadi sebuah tema film. Terkadang sangat sulit menebak tema film jenis ini, namun dapat dilakukan dengan mengidentifikasi secara teliti subyek abstrak dari film tersebut dalam satu kata ataupun kalimat seperti misalnya: cemburu, kemunafikan, prasangka, dll.
Ø  Jika kita ingin mengembangkan penemuan tema terhadap film jenis ini, dapat dengan berpedoman pada kategori berikut:
·         Tema sebagai sebuah pernyataan moral. Film seperti ini memiliki maksud untuk meyakinkan kita tentang kebijaksanaan atau prinsip moral tertentu dan mengajak kita untuk menerapkan prinsip tersebut dalam tingkah laku kita.
·         Tema sebagai sebuah pernyataan tentang hidup. Film seperti ini memfokuskan diri pada penunjukan sebuah “kebenaran tentang hidup”. Selain itu juga memberikan komenar tentang fitrah pengalaman manusia atau penilaian tentang keadaan manusia. Umumnya film jenis ini mencoba menambah perbendaharaan baru pada pengertian kita tentang hidup tanpa memberikan suatu pernyataan moral yang khusus, tetapi dengan memberikan petunjuk-petunjuk
·         Tema sebagai sebuah pernyataan tentang sifat manusia. Berbeda dengan film yang mengangkat tokoh sebagai tema dimana tokoh adalah seorang pribadi yang unik dan berbeda dari orang-orang biasa. Film ini justru menunjukkan sifat-sifat manusia yang universal dan mewakili sifat manusia secara umum
·         Tema sebagai komentar sosial. Film ini ditujukan untuk membuat perubahan social
·         Tema sebagai sebuah teka-teki moral atau falsafi. Film seperti ini berkomunikasi terutama melalui lambang-lambang dan citra-citra . Untuk penafsiran pada film jenis ini sangat bersifat subyektif.
4.      menetukan karakterisasi, Karakter tokoh yang kuat dan jelas akan membantu pencapaian kesan dari tema yang disodorkan. Apapun bentuk dan wujud tokoh itu, apakah dia seorang manusia, binatang, benda mati seperti kayu atau batu, wayang, kartun, semua harus dapat diterima dan logis.
Karakterisasi dapat dilihat atau ditunjukkan melalui :
·         Penampilan, Karakter yang dapat direka dari penampilan fisik (kesan visual) dari seorang tokoh, seperti pakaian yang dikenakannya, perawakan tubuhnya, dll. Dari penampilan dapat diketahui kaya atau miskin, baik atau jahat, rapi atau lusuh, menarik atau tidak menarik, dll.
·         Dialog, Karakter yang direka dari kalimat-kalimat yang diucapkan saat tokoh berdialog dengan tokoh lain. Serta bagaimana cara tokoh tersebut berucap.
·         Fikiran, sikap dan emosi tokoh terlihat dari cara memilih kata dan tinggi rendah intonasi.  Dari dialog dapat diketahui daerah asal, tingkat pendidikan, hobi dll.
·         Aksi eksternal, Karakter yang direka dari melihat bahasa tubuh tokoh. Apakah tokoh tersebut ceroboh atau tidak, kaku atau luwes, percaya diri atau tidak, dll.
·         Aksi internal, Karakter yang direka melalui aksi batin tokoh. Aksi batin ini berlangsung dalam fikiran dan emosi tokoh terdiri dari fikiran-fikiran yang tidak diucapkan, angan-angan, aspirasi, kenangan, ketakutan, fantasi dan harapan. Realitas batin dapat ditunjukkan melalui gambar atau suara kalbu sang tokoh, dengan kilasan-kilasan, dll.
·         Reaksi tokoh-tokoh lain, Apakah dia seorang terkenal atau biasa, disayang atau dibenci, dikagumi atau diremehkan, dll.
·         Nama tokoh, Dapat diketahui daerah asal tokoh. Apakah dia orang jawa atau bali, indonesia atau amerika, kota atau desa, dll.
·         Identitas tokoh, Apakah dokter atau guru, direktur atau kuli, pelajar atau pengangguran, dll.
5.      mentukan konflik, Jika dalam suatu film tidak ada konflik maka tidak akan ada ceritanya. Konflik adalah sumber utama sebuah cerita. Unsur inilah yang mengikat perhatian kita saat menonton suatu film. Ada dua tipe konflik yaitu eksternal dan internal. Eksternal jika konflik tersebut melibatkan unsur lain dalam film dan internal jika terjadi hanya dalam diri tokoh. 
6.      menntukan alur dan plot, Alur cerita atau yang sering kita sebut plot adalah bangunan sebuah cerita. Berbagai cara dapat dilakukan untuk membangun sebuah cerita.
·          Sirkuler, Sebuah plot cerita yang dimulai dari A dan kembali lagi ke A.
·         Linear, Sebuah plot cerita yang dimulai dari titik awal dan maju terus hingga titik akhir cerita.
·         Foreshadowing, Sebuah plot yang bercerita tentang kejadian yang akan terjadi di masa datang, loncat pada kejadian lain dan pada penutup bercerita kembali tentang kejadian yang sudh diceritakan di depan.
·         Flashback, Menceritakan kejadian di masa lampau.
            Untuk membangun struktur sebuah cerita yang menarik maka dapat dihadirkan suspens atau kejutan. Dapat berupa kejutan yang sederhana ataupun yang mampu mengembangkan rasa penasaran penonton. Suspens yang terpelihara dengan baik dapat mengukuhkan struktur dramatik sebuah cerita.
7.      menentukan setting, Setting adalah waktu dan tempat dimana cerita sebuah film berlangsung. Setting pada umumnya merupakan unsur yang paling berpengaruh pada unsur lain seperti tema, visual efek, kostum, dll. Empat  faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan setting :
·         Faktor temporal (waktu), masa saat cerita itu terjadi.
·         Faktor geografik, tempat dimana cerita terjadi.
·         Faktor ekonomi yang berlaku saat itu.
·         Faktor adat dan budaya yang berlaku saat itu.
 unsur-unsur teknik dalam film:
 ·         meresap ke hati penonton. Musik pengiring berupa musik instrumentalia, suaranya tidak boleh terlalu keras sehingga dialog tidak terdengar oleh penonton.
·          Musik smash, Musik yang digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Biasanya terdapat pada film tegang atau horror.
            Penulisan penyajian musik dalam naskah :
Ø   IN – UP – NORMAL – DOWN – OUT, Musik masuk, meninggi ke arah normal kemudian menurun dan hilang.
Ø  IN – UP – UNDER – DOWN – OUT, Musik masuk, meninggi ke arah under (setengah dari normal) kemudian menurun dan hilang.
Ø  IN – UP – DOWN – OUT, Musik masuk dan hilang.
Ø  IN – UP – UNDER, Musik masuk dan menjadi background.
3.      menentukan cahaya, Tata cahaya sama pentingnya dengan tata kamera dan teknik-teknik khusus yang lain. Dengan mengendalikan intensitas cahaya, arah dan tingkat pemancaran cahaya,  seorang sutradara dapat menciptakan kesan ke dalam ruang, menegaskan dan membentuk sosok serta menyampaikan suasana emosional. Oleh karena itu, cara penyinaran sebuah adegan merupakan faktor penting dalam menentukan apakah secara dramatik  penyinarannya efektif atau tidak.
Ada dua istilah yang dipergunakan untuk membedakan intensitas cahaya:
Ø  Low Key, Tata pencahayaan dimana sebagian besar set berada dalam lingkupan bayang-bayang, sedangkan subyek didefinisikan oleh beberapa penyinaran tinggi.  Tipe ini cocok untuk memperdalam ketegangan atau menciptakan suasana murung dan sering digunakan dalam film misteri atau horor.
Ø  High Key, Tata pencahayaan dimana lebih banyak memperlihatkan bagian-bagian yang cerah dibanding dengan bagian yang diliputi bayang-bayang, sedangkan subyek terlihat dalam warna separuh kelabu dan cerah, dengan kontras cahaya yang jauh lebih kecil.  Tipe ini cocok untuk film komedi dan film-film ringan seperti musikal.
            Adegan-adegan dengan pencahyaan kontras, dengan perbedaan ruang liput bagian yang gelap dan cerah yang luas sekali, lebih menghasilkan gambar yang lebih kuat dan dramatik dibanding dengan yang disinari secara merata. 
Arah cahaya juga memainkan peranan penting dalam menciptakan citra visual. Penyinaran dari atas menciptakan efek yang sangat berbeda dengan penyinaran dari samping.  Penyinaran dari belakang  juga menghasilkan efek berbeda dengan penyinaran dari depan.
            Terdapat tiga karakter atau sifat cahaya:
§      Cahaya yang kuat, langsung dan tajam
§      Cahaya menengah dan seimbang
§      Cahaya yang berpencar dan lunak

4.      menentukan kostum, dalam menentukan kostum ini juga sangat penting untuk menilai suatu flim itu sesuai tidaknya denga peran yang diperlukan.
5.      menentukan efek visual dan audio



  

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN

filsafat dan pendidikan memeng merupakan dua istilah yang terdiri pada makna dan hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan kedalam satu tema khusus, maka ia pun memiliki makna tersendiri yang menunjuk kedalam suatu kesatuan pengertian yang tidak dipisahkan. namun filsafat pendidikan telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, namun bukanlah berarti bahwa kajiannya hanya sekedar menelaah sendi-sendi pendidikan atau filsafat semata. filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dipisahkan dar filsafat secara keseluruan, baik dalam system maupun metode.
Sedangkan filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno oleh seorang Arab dengan mengalami sedikit perubahan bunyi  yaitu, falsafat  dan oleh orang Indonesia disebut dengan filsafat . menurut Harold H.Titus berpendapat bahwa filsafat adalah sekumpulan sikap hidup yang terbentuk dari sikap berpikir kritis tentang realitas kehidupan dan alam.  sedangkan ilmu pendidikan merupakan sebuah system pengetahuan tentang pendidikan yang dilakukan melalui riset. menurut  Mat Brodbeck dalam logic and Scientific Menthind in Research, yang dimuat dalam Handbooj of Reseach on Teaching, setiap ilmu yang berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman (Novak: 18 dan Brodbeck: 48).
Filsafat pendidikan secara langsung memberikan perhatiannya pada apa yang merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan, baik dalam system maupun dalamorientasi. yang membedakan aktivitasnya hanya pada kosentrasinya yang ditunjukkan untuk menganalisis realitas yang terbatasa dalam  berbagai problem dan isu pendidikannya.
Para ahli banyak memberikan define tentang filsafat pendidikan, namun kesemuanya hamper sepakat untuk mengatakan bahwa filsafat pendidikan mengandung makan kritis, sistematis, dan rapikal tentang berbagai masalah kependidikan guna pencaharian konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang dapat mengarahkan manusia dalam rancangan yang integral agar kependidikan benar-benar dapat menjawab kebutuhan masyarakat dalam rangka kemajuan-kemajuan. berikut ini beberapa definisi yang telah diberikan para ahli  terhadap filsafat pendidikan:
v  Omar Mohammad Al-Thoummy al-Syaibany meyebutkan, bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pendangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan.
v  M. Arifin Ed. mengemukakan, bahwa filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan permasalahan pendidikan
v  Ali Khalid Abu al-ainain. mengemukakan bahwa, filsafat pendidikan merupakan upaya berfikir filosofis tentang realitas kependidikah dalam hal ini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
v  B.Othanel Smith, philosophy of education, Encyclopedia of Educational research, hlm.957-963) mengemukakan bahwa, filsafat pendidikan adalah menyelidiki hakikat pelaksaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan, yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap stuktur dan kegunaanya.
v  Muhammad Labib al-Najihi: Filsafat pendidikan adalah suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
v  Kilpatrik dalam Buku Philosophy of Education menyebutkan "Philisophizing and education are, then, but two stages of the same endeavo; Philisophizing to think out better values and idealism, education to realize these in life, in human personality. Education acting out of the best direction philosophizing in can give, tries and beginning primarly wit h the young, t o lead people to build critrised values to their characters, and in this way to get the highest ideals of philosophy progressively embodied in their lives." Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha. Berfilsafat adalah memikirkan dan mempert imbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu didalam kehidupan dan dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan melembagakannya dalam kehidupan mereka.
v  John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan(emotional) menuju kearah tabi’at manusia, maka filsafat juga dapat diartikan sebagai teori umum pendidikan (Democracy and Educat ion, p. 383)
v  Prof. Brameld berkata tentang filsafat pendidikan : That is, we should bring philosophy to bear upon the problems of education as effiently…Kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin…); 
v  Van Cleve Morris menyatakan : “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat social semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan lebih baik (Van Cleve Morris, Becamingan Education, p.57 dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, Prof HM. Arifin, Med, p. 3)
dalam beberapa pendapat diatas sama-sama menitik beratkan filsafat pendidikan dalam upaya menerapkan kaidah-kaidah berfikir filsafat dalam ragam pencarian sulusi berbagai ragam problem pendidikan yang akan melahirkan pemikiran utuh dalam pendidikan yang tentunya merupakan langkah penting dalam menemukan teori-teori tentang pendidikan. hal ini sangat penting untuk menemukan teori-teori pendidikan. hal ini sangat penting untuk menentukan arah gerak semua aktivitas pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.      Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
2.      Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
3.      Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori yang dikemukan oleh para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang saat ini antara lain:
1.      Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
2.      Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
3.      Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach
4.      Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
5.      Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
6.      Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
7.      Filsafat Pendidikan Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8.       Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9.      Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
MANFAAT FILSAFAT PENDIDIKAN
pendidikan sangat terkait dengan aktivitas mula manusia yang tugas utamanya adalah membantu mengembangkan humanitas manusia untuk menjadi manusia yang berkepribadian mulia dan utama menurut karakteristikidealitas manusia yang didinginkan. hal ini sangat diperlukan mengigat manusia memiliki potensi-potensi dalam taraf kodrat human dignity (martabat manusia) yang memilki kesadaran diri dalam yang mendorong untuk merealisasikan berbagai potensinya, sehingga berkembang dengan baik menjadi self realization (realisasi diri) yang akan menetukan bagi petunjukan jati dirinya yang ideal, agar dapat berfungsi dan bermanfaat bagi kehidupannya secara individu maupun social kemasyarakat.
kualitas suatu masyarakat memiliki hunungan stategis dengan dunia pendidikan, utamanya dunia sekolahan, karena didalamnya ada upaya yang sungguh-sungguh tentang kependidikan untuk mempersiapkan generasi yang terampil dan memilki ilmu-ilmu  pengerahuan dengan dilandasi pada iman dan taqwa kepada Tuhan YME dalam konteksnya yang luas.
adapaun manfaat filsafat diantaranya sbagai berikut:
Ø  bahwa sekolah cenderung akan  untuk mengupayakan perubahan-perubahan tingkah laku yang merupakan cerminan dari setiap individu yang bernaung dalam suatu masyarakat.
Ø  pendidikan sekolah dapat dilihat sebagai manusia sejatinya yang disengaja, terarah, dan terata sedemikian  rupa untuk menuju pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi kehidupan dan penyempurnaanya.
Ø  pendidikan dan nilai nilai yang dianut sebagai suatu landasan  berfikir dan berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat. slanedangkan untuk pendidik dan anak didik sebagai subyek-subyek yang terlihat langsung dalam pelaksanaan pendidikan.
Ø  hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas pendidikan.
Ø  hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses kependidikan menuju peraihan tujuan
Ø  hakikat meode dan strategi  pembelajaran yang memungkinkan penumbuhkembangan potensi subyek didik
Ø  alternative-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya manusia baik menyagkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraihan tujuan
Ø  ketrkaitan dunia dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup masyarakat, seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan system pemerintahan, pendidikan, tata hokum dan adat dalam masyarakat
Ø  keterkaitan dunia kependidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup dalam masyarakat
Ø  aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan berbagai ragam problem kependidikan
Ø  keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideology yang dianut dan yang berkembang dalam suatu masyarakat.
      filsafat pendidikan diharapkakn dapat mencapai kompetensi sebagai berikut:
·         menghargai kedudukana akal pikiran manusia
·         filsafat merupakan sumber perenungan yanga dalam dan kontinou
·         menyakini hasil pikiran sebagai sumber kebenaran
·         pemikiran sebebas bebasnya
·         pemikiran rasional, kritis
·         tidak dibelenggu oleh idiologi, kepercayaan/agama
·         mewaspadai atau menolak gagasan kebenaran absolute
·         kontruktivisme bebas dalam berpikir
·         rekontruksi konsep dan teori
·         merespon adanya krisis ilmu
·         menumbuhkembangkan moralitas ilmu pengetahuan
·         pengetahuan filsafat bersifat abstrak
·         filsafat memilki konsep dan teori-teori filosofis tentang segala sesuatu
·         filsafat memiliki paradigm dan metode-metode tersendiri





DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Ishak.2008.filsafat ilmu pendidikan.Bandung:PT remaja rosdakarda
Muhmidayeli.2011.Filsafat pendidikan.bandung:PT reflika aditama
Adib,Mohammmad.2010.filsafat ilmuYogyakarta:pustaka pelajar
Awax.2011.pengertian filsafat menurut para ahli,(online).(http:///Pengertian-Filsafat-Pendidikan-Menurut-Para-Ahli-Kumpulan-Ilmu-Seputar-Informasi-Terkini.htm diakses 15 september 2011)
Agu.2011.sahabat ilmu,(online).(http:///LANDASAN-PENDIDIKAN-filsafat-ilmu-D-C-AB-Sahabat-Ilmu.htm diakses 15 september 2011)PENGERTIAN FILSAFAT ILMU